Tuesday, 24 February 2015

Review Buku Cerita Bodor Koas Cebok

Baru awal minggu kedua masuk kuliah ya.. Ujian masih minggu depan kok, santai aja *eh* Kali ini saya akan review 1 buku (lagi) yang bertemakan komedi seputar pengalaman para koas, judulnya Cerita Bodor Koas (Cebok).



Buku ini merupakan hasil karangan 4 orang dokter, salah satunya adalah penulis buku Koas Racun, yakni dr. Andreas Kurniawan, beserta 3 orang teman beliau (Tommy Aryanda, Hima Cipta, Rifky Rizkiantino). Buku ini tidak hanya menceritakan pengalaman menjadi koas (dokter umum), tetapi juga koas dokter gigi, dan bahkan koas dokter hewan.


Sorry fotonya kebalik..hehehe
Banyak kejadian yang dituangkan di buku ini. Setiap bab di buku ini ditulis oleh dokter yang berbeda. Dimulai dari serunya pengalaman jadi asisten dokter di Nusa Tenggara, susahnya lulus ujian dokter gigi, sedihnya dikerjain para residen senior saat jaga, dan serunya jadi dokter hewan, semua ditulis lengkap disini.

Buku ini masih mengusung tema humor, diceritakan dengan ringan, format halamannya dibuat seperti buku harian. Sayangnya, buku ini jarang memberi ilustrasi, hanya sesekali ditampilkan Meme and Rage Comics, itu pun hanya sedikit menjelang akhir buku. Tentunya kalau lebih banyak Meme, akan semakin seru. Dan juga, kualitas kertasnya (sorry nih tim penerbit dan percetakan..) yang berwarna keabuan, saat saya membaca, kesannya saya jadi kayak lagi baca koran hehehe..

Terlepas dari kekurangannya, buku ini tetap enak untuk dibaca kok. Lumayan menambah pengetahuan, jarang kan baca pengalaman koas dokter gigi dan koas dokter hewan. :D

Monday, 2 February 2015

Review Buku 'Dokter Juga Manusia' (dr. Iqbal Mochtar)


Setelah selama ini saya selalu review buku medis bernuansa komedi, kali ini saya akan review buku yang 'serius'..hehehe. Buku yang saya baca ini berjudul Dokter Juga Manusia, yang ditulis oleh dr. Iqbal Mochtar. Beliau memaparkan segala hal mengenai seorang dokter, apa saja kendala dan problem yang dihadapi seorang dokter mengenai pekerjaannya, dsb.

Sungguh miris rasanya ketika membaca buku ini. Dokter selalu dituntut untuk tidak boleh salah diagnosa, padahal jumlah penyakit ada puluhan ribu, dan gejala antar penyakit biasanya mirip satu sama lain. Jika salah diagnosa, dikatakan malpraktik. Begitu juga dengan pemberian obat. Jika pasiennya yang alergi dengan obat tersebut, dokter yang dituduh malpraktik.

Dan, di buku ini juga diungkapkan bahwa dokter tidak semuanya kaya. Banyak yang hidup pas-pasan, bekerja seharian namun hasilnya hanya cukup untuk makan dan minum sehari. Banyak orangtua yang ingin anaknya jadi dokter supaya bisa kaya, namun inilah kenyataannya, tidak selamanya dokter itu kaya.

Sang dokter juga menceritakan tentang lamanya sekolah dokter, juga memaparkan apa saja hak dan kewajiban seorang dokter, hak dan kewajiban pasien, juga tentang tipe dokter yang dipandang baik oleh masyarakat. Lewat buku ini, kita diajak untuk mengenali sisi lain kehidupan dari seorang dokter.

Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh masyarakat umum. Kita akan lebih tahu tentang tindakan yang dilakukan dokter, reaksi alergi pada tubuh pasien, mengapa tiap dokter biasanya punya banyak diagnosis untuk satu keluhan penyakit saja, dll. Buku ini mengungkapkan bahwa tidak semua akibat tidak menguntungkan dari perawatan medis disebabkan oleh malpraktik dokter.

Sayangnya, kekurangan dari buku ini adalah karena stoknya sudah banyak yang habis. Ini buku terbitan lama (tahun 2009), sulit untuk mendapatkannya di toko buku. Saya sarankan, untuk yang ingin membeli buku ini bisa datang ke pameran buku yang menjual buku-buku lama. Saya bahkan beli buku ini waktu datang ke Pesta Buku Jakarta di bagian buku murah (yang harganya kisaran 5.000-20.000)
Sekian dulu postingan saya. Thanks for reading my review :)

Sunday, 1 February 2015

Tes Buta Warna


Setelah sebelumnya saya membahas tentang Psikotes, kali ini saya akan membahas mengenai Tes Buta Warna.

Tes Buta Warna? Apaan lagi tuh??
Tes Buta Warna adalah salah satu tes kesehatan yang wajib diikuti oleh mereka yang ingin mengambil jurusan desain, bioteknologi, arsitektur, keperawatan, dan bidang ilmu kesehatan (macam kedokteran, farmasi, dsb) dan mungkin jurusan lainnya yang belum saya sebut hehehe. Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang mengidap buta warna, baik parsial ataupun total, dan bisa dilakukan di rumah sakit ataupun klinik yang menyediakan layanan tes ini.

FYI, buta warna parsial adalah ketidakmampuan mata membedakan hanya warna-warna tertentu, mis buta warna merah hijau, maka dia tidak bisa melihat warna merah dan hijau (tampak berwarna abu-abu), tetapi masih bisa melihat warna lainnya.
Buta warna total, kalau seseorang sama sekali tidak bisa membedakan warna, semua yang dilihat hanya berwarna putih, hitam, dan abu-abu.

Tes ini tidak sulit kok..saya sudah merasakannya :D
 
Waktu saya mendaftar ke FK, wajib menyerahkan lembaran konfirmasi dari dokter bahwa saya bebas dari buta warna. Akhirnya, saya memutuskan untuk melakukan tes ini di RS. Royal Taruma.
Dokter mata yang mengetes saya saat itu mengeluarkan buku tebal bersampul hitam, membuka halamannya secara acak, dan menunjuk angka biner yang tampak tersamar di dalam sebuah lingkaran berwarna. "Coba sebut angkanya." Beliau mengulangi tes ini beberapa kali. Setelah tesnya selesai, saya juga mendapat pemeriksaan mata..dan kata dokternya, minus saya nambah lagi T___T
Beberapa menit kemudian, hasil tesnya keluar, dan saya dinyatakan bebas dari buta warna.

Kayak apa sih bentuk tesnya??
Ini dia gambarnya

 


 Angka yang terbaca oleh mata normal/tidak buta warna (mulai dari kiri ke kanan) : 45,6,56,2,25,29

Sekian postingan saya tentang tes buta warna, semoga bermanfaat :)