"Eh cuy, jalan yuk. Kemana gitu.."
"Duh gak bisa gue.. mau ujian.."
"ooh ya udah. Minggu depan aja ya."
*Minggu depan*
"Yuk jalan.."
"Duh gak bisa gw, mau ujian nih!"
"Lah kan minggu lalu baru ujian? Gue aja belum UTS.."
"... ujian gw banyak cuy.."
Ada yang sudah bosan dengan dialog di atas? Setiap kali diajak hang out, selalu terhalang dengan ujian. Saya sebagai penulis blog ini, sering mendapatkan pertanyaan dari teman-teman non-FK maupun adik-adik kelas calon mahasiswa FK perihal ujian ini. Nah, untuk menjawab pertanyaan kalian yang penasaran dengan ujian yang dihadapi anak FK (preklinik.. alias masih mahasiswa, belum koas), semoga artikel saya bisa membantu menjelaskan.. hehe
1. Apakah ujian anak FK itu banyak?
Ya, lumayan. Banyak jenisnya, dan banyak bahannya tentu. Dan, masih ditambah dengan remedial, kalau *amit-amit* ujiannya belum lulus.
2. Apa aja ujiannya, dan seberapa sering?
Ujian di FK (secara umum) ada beberapa macam.
Yang pertama, ujian tulis. Di setiap blok dilaksanakan 2x ujian tulis, biasanya di minggu ke 3 dan ke 6 dari suatu blok.
Kedua, ujian praktikum. Ujian ini biasanya berupa teori praktikum yang diujikan, dan jumlah ujiannya tergantung dari berapa banyak jenis lab yang dihadapi selama blok berlangsung
Ketiga, ujian Skills Lab (OSCE & OSPE), di sini mahasiswa diuji mengenai keterampilan yang harus dimiliki seorang dokter, contohnya menyuntik, menjahit luka. Biasanya di tiap blok ada 1x ujian Skills Lab, walau ada beberapa blok yang mengadakan 2 ujian skills lab, dan hasil dari kedua ujian ini dirata-ratakan untuk mendapat nilai akhir Skills Lab.
Keempat, ujian Speaking. Ujian ini termasuk jarang. Materi yang diujikan biasanya berupa konseling atau presentasi
Kelima, Pre-test dan Post-test. Pelaksanaannya tergantung pada masing-masing kampus. Kampus saya termasuk jarang mengadakan jenis test ini.
3. Ujiannya gimana tuh? Kayak tipe soal, dsb.
~Untuk Ujian Tulis (UT) sistem soalnya berupa pilihan ganda. Jumlah soal bervariasi, biasanya sih 100 soal. Waktu yang diberikan tergantung jumlah soalnya, namun biasa diasumsikan 1 soal dikerjakan dalam waktu 1 menit. Jadi, kalau ada 100 soal = 100 menit ujian. Pengisian jawaban dilakukan dengan LJK. Jangan lupa bawa kartu tanda ujian ya. Hanya gara-gara selembar kartu ini, mahasiswa bisa terancam tidak diperbolehkan ikut ujian -.- Materi yang diujikan berasal dari kuliah, diskusi kasus, dan presentasi pleno
~ Ujian praktikum dilaksanakan tergantung jenis praktikumnya.
Untuk Histologi/Patologi Anatomi, ujian bisa berupa melihat langsung preparat di bawah mikroskop atau dengan menggunakan gambar slide di LCD. Waktu yang diberikan untuk setiap soal berkisar 30 detik - 1 menit. Setelahnya, bel berbunyi, dan mahasiswa harus berpindah ke mikroskop selanjutnya (jika ujian langsung di lab) atau soal di slide akan berganti secara otomatis.
Untuk parasitologi, biasa dengan menggunakan slide di LCD, disertai beberapa soal mencocokkan jawaban atau isian singkat
Untuk Biokimia, Farmakologi dsb, biasanya yang diujikan berupa teorinya. Misalnya, menghitung dosis obat (farmakologi), membaca grafik enzim (Biokimia). Soal berupa pilihan ganda, jumlahnya pun tidak terlalu banyak. Paling sering sekitar 30 soal.
Ujian anatomi, dilakukan di lab anatomi. Ujiannya berupa sistem meja, dimana di atas sebuah meja akan diletakkan kadaver atau boneka peraga, dengan bagian yang ditanya biasanya diberi kapur atau diikat benang, dan ada sepotong label tertempel di atas mejanya yang menunjukkan nomor soal dan apa yang ditanya. Satu meja dijatah selama 2 menit. Setelah itu, bel akan berbunyi, dan mahasiswa akan berpindah ke meja di sebelahnya, begitu seterusnya. Biasanya soal yang diujikan berkisar 50-60 nomor.
~Ujian skills lab, ada 2 macam. OSPE merupakan pemeriksaan laboratorium yang harus dikuasai dokter umum. Dan OSPE ini tidak selalu ada di setiap blok. Contohnya, pemeriksaan darah sederhana, hanya dilakukan di blok Hematologi. Ujian ini dilakukan di lab Patologi Klinik, dan terbagi atas beberapa station. Di tiap station ada peralatan ujian yang digunakan, dan sebotol sampel. Mahasiswa disuruh mengerjakan pemeriksaan sesuai nama station yang tertera, dan memeriksa hasilnya, kemudian melaporkan kepada penguji. Tiap station ini ada alokasi waktunya, tergantung seberapa lama pengerjaan yang dibutuhkan. Saat waktunya habis, bel akan berbunyi. Selesai tidak selesai, mahasiswa harus langsung berpindah ke station selanjutnya.
Satunya lagi, OSCE. Ini adalah ujian keterampilan medis. Contohnya, menyuntik. Mahasiswa biasanya dikarantina dulu di salah satu ruangan kampus, lalu akan dipanggil oleh petugas ujian. Mahasiswa akan menerima checklist ujiannya, lalu menunggu di depan ruang skills lab (yang mirip ruang praktik dokter di RS) sembari membaca kasus ujian yang ditempel di sana. Saat bel berbunyi, mahasiswa baru diperbolehkan masuk dan melakukan ujiannya. Menjelang 2 menit terakhir waktu ujian, biasanya diberikan bel peringatan. Dan, ketika waktu ujian telah habis, ditandai dengan bunyi bel yang lebih panjang, maka mahasiswa harus langsung meninggalkan ruang ujian. Lamanya waktu ujian bervariasi. Umumnya sih 10 menit.
Ada beberapa blok yang mendapat OSCE dan OSPE sekaligus, contohnya blok Hematologi (OSPE berupa pemeriksaan darah sederhana, OSCE berupa pengambilan darah ke phantom)
~Ujian speaking, termasuk ujian yang paling gampang karena kita cuma ngomong doang XD. Ujian ini untuk menguji kemampuan komunikasi kita saat berhadapan dengan pasien. Topik yang diberikan bisa berupa konseling, menceritakan pengalaman, memberikan edukasi kesehatan, dsb. Waktu ujian biasanya 7 menit, dan dilakukan di ruang diskusi kecil dalam kelompok sesuai kelompok tutorial.
~Pretest dan Post-test, dilakukan sebelum dan sesudah praktikum. Di kampus saya (Untar), yang paling sering pre-test adalah anatomi. Pre-test ini harus belajar sungguh-sungguh karena hasilnya bisa mempengaruhi ujian. Di kampus saya, nilai pre-test anatomi sewaktu-waktu bisa digunakan untuk dijadikan bonus tambahan nilai ujian.. atau bahkan.. jika pre-testnya tidak lulus sesuai standar, bisa-bisa mahasiswa langsung tidak diperbolehkan ikut ujian anatomi, dan berakhir dengan remedial.
4. Haduh, banyak amat itu ujian.. kalo ga lulus gimana coba..
Gak lulus? Kampus menyediakan remedial! Sayangnya, tidak semua ujian disediakan remedial, tergantung dari kebijakan dosen. Biasanya, jika ujian itu merupakan syarat kelulusan suatu blok, maka dosen memberikan remedial.
5. Gimana tuh caranya?
~remed ujian tulis, sistemnya sama dengan ujiannya. Diberikan soal pilihan ganda sejumlah (biasanya) 100 soal, dengan asumsi 1 soal = 1 menit. Sayangnya, kalian malah rugi jika ikut remedial ini, karena nilai tertinggi yang diberikan hanya 63.5, dan malah kadang soalnya lebih susah dari ujiannya. Remed ini juga bikin capek karena di saat ujian tulis, materi 1 blok dibagi ke dalam 2 ujian, sementara saat remedial, segunung bahan 1 blok itu ditumpuk menjadi 1.
~Ujian praktikum, biasanya tergantung dosen. Histologi dan Patologi Anatomi akan ujian langsung melihat preparat di bawah mikroskop (serius, liat langsung lebih susah daripada liat gambar di slide). Sementara untuk biokimia dll mahasiswa jarang ada yang remedial. Untuk remed anatomi, sistemnya sama seperti saat ujiannya. Sayangnya, terkadang yang ditanya malah makin susah. Seriusan, mendingan capek di awal daripada remedial..
~OSCE dan OSPE, remednya sama seperti ujiannya. Nilai tertinggi untuk remedial kedua ujian ini adalah 80.
6. Kalo gak lulus lagi??
Tidak seperti kampus lain yang memberikan semester pendek, kampus saya tidak ada sistem SP. Jika sudah diremed dan masih tidak lulus, maaf, terpaksa harus mengulang blok yang bersangkutan tahun depan, alias gagal blok.
7. Emangnya nilai minimal remed berapa?Batas nilai yang memungkinkan mahasiswa diremedial adalah 45-56, berlaku untuk ujian tulis. Jika nilai ujian tulis <45, maaf, secara otomatis, dosen akan langsung menggagalkan mahasiswa bersangkutan, sehingga harus mengulang blok tahun depan.
8. Aku gak remed nih, tapi mau perbaikin nilai, boleh gak?
Boleh!! Tapi ada syaratnya.
Pertama, perbaikan hanya berlaku untuk ujian tulis!
Kedua, rentang nilai untuk perbaikan antara 56-63.5
Nilai tertinggi untuk perbaikan adalah 63.5
Dan, karena ini adalah perbaikan (bukan remedial wajib), mahasiswa harus membayar biaya tambahan sebesar Rp300.000,- sebelum mengikuti ujian perbaikan.
9. Ini, aku kena remed atau perbaikan, dan nilaiku jadinya kan cuma C (63.5), bisa gak nilaiku naik jadi B seperti yang lainnya?
Bisa! Dengan syarat, ujian praktikum, diskusi kasus/tutorialnya bagus, dan nilai skills lab 100.
10. Kalau nilaiku setelah remed/ perbaikan kayanya malah lebih jelek dari ujiannya *amit-amit* gimana?
Dosen akan mengambil nilai tertinggi untuk dihitung.
11. Aku berasa blo'on banget kalo remed.. huhuhu..
Jangan begitu. Saya juga langganan remed skills lab. Mengutip perkataan dosen saya, dr. Marina..
"Kamu remedial, bukan berarti kamu bodoh. Skills lab adalah keterampilan. Semakin sering kamu melakukan, akan semakin terampil. Kalau kamu remedial skills lab, kamu mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk berlatih (dapat kesempatan latihan sekali lagi sebelum remed)."
Dan, satu lagi, kata-kata ajaib dari teman seangkatan saya..
"Ya sudahlah, kalau harus remedial teori. Toh itung-itung gw sekalian belajar lagi, supaya teorinya lebih mantap ketika melangkah ke blok-blok selanjutnya!"
Semangat untuk yang mau ujian :D
semangat untuk yang mau masuk FK, ingat, ujian di sekolah masih tidak ada apa-apanya dibandingkan materi ujian tulis FK yang bisa sampai 20 bahan sekali ujian..
Semangat untuk yang remedial, semoga ilmu kita semakin mantap dan keterampilan medis kita semakin baik
Untuk kalian semua, para calon mahasiswa FK dan teman sejawat, semangat menempuh perjalanan hidup di FK :) Be blessed!
Intermezo, guys, coba cek akun youtube ku ya. Aku buat cover lagu dengan kalimba. Soothing dan relaxing, cocok buat musik belajar/ngerjain tugas. Like, comment, dan subscribe yaa
pretest dan post test itu gak terjadwal ya kak?
ReplyDeleteyep, gak terjadwal. Jd kalau mau praktikum udh harus siap
DeleteKalo ujian soca itu disemua fk ada ga kak?
ReplyDeleteGa semua FK ada SOCAnya..harus tanya ke kampus masing-masing
DeleteKak kalo remed gitu bayar lagi ya? Sama mau tanya, kalo misal gagal blok trs ngulang tahun depan itu mempengaruhi lama lulusnya ya kak? Terimakasih sebelumnya kak
ReplyDeleteUtk bayar remed atau tidak, tergantung kampus sih. Kalau di saya, remed di preklinik ga perlu bayar lagi. Tapi kalau sudah koas, harus bayar untuk remednya.
ReplyDeleteIya, gagal blok bisa mempengaruhi lama lulusnya :(